Jumat, 30 Desember 2011
Senin, 19 Desember 2011
Minggu, 18 Desember 2011
HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY
HLT
(HYPOTHETICAL LEARNING
TRAJECTORY)
Simon mengatakan , HLT adalah
- Learning
goal ( kemampuan yang mendasar)
- Learning
activity ( Jalan menuju tujuan)
- Hypothetical
learning Trajectory ( membuat hipotesis tentang pikiran siswa)
8 KETERAMPILAN MENGAJAR MATEMATIKA
DELAPAN
KETERAMPILAN MENGAJAR MATEMATIKA
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar
mengajar, yakni:
1.
keterampilan
membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang
beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
2. keterampilan bertanya
yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan
pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan
bertanya lanjut
DESAIN SILABUS DAN RPP
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN SILABUS
1. PENGEMBANGAN ILMIAH
2. PENGEMBANGAN RELEVAN
3. PENGEMBANGAN SISTEMATIS
4. PENGEMBANGAN KONSISTEN
5. PENGEMBANGAN MEMADAI
6. PENGEMBANGAN AKTUAL DAN KONTEKSTUAL
7. PENGEMBANGAN FLEKSIBEL
8. PENGEMBANGAN MENYELURUH
LANGKAH – LANGKAH PENYUSUNAN SILABUS
1. MENGISI IDENTITAS SEKOLAH
2. MENENTUKAN TEMA
3. MENENTUKAN ALOKASI WAKTU
4. MENULIS SK
5. MENULIS KD
6. MENULIS INDIKATOR
7. MERUMUSKAN KEGIATAN PEMBELAJARN
8. MENENTUKAN BENTUK PENILAIAN
9. MENENTUKAN SUMBER / BAHAN
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Prodi : Pendidikan
Matematika
Mata
Kuliah : Dasar – dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengasuh : Prof. Zulkardi /
Meryansumayeka,S.Pd, M.Sc.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Karakteristik Pembelajaran CTL
REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
Nama : Conny Rahmelia
NIM : 06101408018
Prodi : Pendidikan
Matematika
Mata
Kuliah : DPPM
Dosen
Pengasuh : Prof. Zulkardi /
Meryansumayeka,S.Pd, M.Pd
REALISTIC MATHEMATICS
EDUCATION (RME)
Ø PENGERTIAN
Realistis
pendidikan matematika adalah teori dalam pendidikan matematika yang awalnya
dikembangkan di Belanda. Ini menekankan ide bahwa matematika adalah aktivitas
manusia (human activity)dan matematika harus dihubungkan ke realitas
(realistic), nyata untuk para pelajar menggunakan dunia nyata sebagai konteks
sumber pengembangan konsep dan sebagai aplikasi wilayah, melalui proses
baik horisontal dan vertikal mathematization.
baik horisontal dan vertikal mathematization.
RME pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan oleh Institut Freudenthal di Belanda. Teori
ini telah diadopsi oleh sejumlah besar negara di
seluruh dunia seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika
Selatan, Brasil, Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia (de Lange, 1996).
KOMPONEN
RME
Dalam pembelajaran
matematika realistik ada tiga prinsip kunci yang dapat dijadikan dasar dalam
merancang pembelajaran.
Ø Guided
reinvention and progressive mathematizing. Menurut Gravemijer (1994: 90),
berdasar prinsip reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk
mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Sejarah
matematika dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam merancang materi
pelajaran. Selain itu prinsip reinvention dapat pula dikembangkan berdasar
prosedur penyelesaian informal. Dalam hal ini strategi informal dapat dipahami
untuk mengantisipasi prosedur penyelesaian formal. Untuk keperluan tersebut
maka perlu ditemukan masalah kontekstual yang dapat menyediakan beragam
prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat
dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika
secara formal (progressive mathematizing)
Ø Didactical
phenomenology. Gravemeijer (1994: 90) menyatakan, berdasar prinsip ini
penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika
realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi
yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya
sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathematizing.
Ø Self-developed
models, Gravemeijer (1994: 91) menjelaskan, berdasar prinsip ini saat
mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara
pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan
model yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan
akhirnya model tersebut menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh ada (entity) yang
dimiliki siswa.
PENERAPAN MODEL RME DIKELAS
Untuk memberikan gambaran
tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan
contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan
pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan
pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya pembagian kue, supaya siswa
memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa
memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah
pecahan. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika
realistik dimana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa
jenis pecahan.
Ø PENDEKATAN REALITIS YANG BERKAITAN
KONTRUKTIVIS
Pendekatan
realistis adalah mirip dengan pendekatan sosio-konstruktivis, kecuali dalam
sosio-kontruktivis tidak menghasilkan heuristik yang dapat memandu pengembangan
instruksional kegiatan bagi siswa. Dengan kata lain, dalam pendekatan konstruktivis
sosio-, guru tidak menggunakan heuristik, metode pemecahan masalah dengan
belajar dari pengalaman masa lalu dan menyelidiki cara-cara praktis untuk
menemukan solusi. Dalam RME, itu dikenal sebagai reinvention dipandu.
Ø KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Menurut Soedjadi (2001:
3) pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut:
1. Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
2. Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
3. Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
4. Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
5. Intertwin, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
Ø LANGKAH – LANGKAH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika
Realistik
1. Memahami
masalah kontekstual.
2. Menjelaskan
masalah kontekstual..
3. Menyelesaikan masalah kontekstual.
4. Membandingkan
dan mendiskusikan jawaban.
5. Menyimpulkan
PROBLEM SOLVING
Prodi : Pendidikan
Matematika
Mata
Kuliah : Dasar – dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengasuh : Prof. Zulkardi /
Meryansumayeka,S.Pd, M.Sc.
PROBLEM
SOLVING
Definisi Problem solving
Penggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan
pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin yaitu masalah dari soal- soal
mengenai aplikasi/ prosedur matematika
yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari
dengan dsertai alas an atau argumrntasi dalam penyelesaian masalah tersebut.
Tujuan
Tujuan utama
dari setiap program pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam memecahkan masalah dengan benar. Tujuan khusus dari pemecahan masalah
dalam Matematika adalah:
1.
Meningkatkan kesediaan murid
'untuk mencoba memperbaiki masalah dan ketekunan
mereka ketika
memecahkan masalah.
2. Meningkatkan
murid konsep diri berkenaan dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah.
3. Membuat siswa menyadari strategi pemecahan masalah.
4. Membuat murid menyadari nilai mendekati masalah secara
sistematis.
5. Membuat siswa sadar bahwa banyak masalah dapat diselesaikan dalam
lebih dari satu
cara.
6. Meningkatkan kemampuan murid untuk memilih strategi solusi yang
tepat.
7. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menerapkan strategi solusi
akurat.
8. Meningkatkan kemampuan murid untuk mendapatkan jawaban yang lebih
tepat untuk
masalah
Fase-fase pemecahan masalah seperti berikut :
1.
Mengerti
masalah
·
menyatakan
masalah dalam kata-kata sendiri
·
menentukan
apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan
·
menentukan
informasi apa yang diperlukan
2.
Membuat
rencana
·
gambar
·
menyelidiki
pola
·
mengorganisasi
data dalam daftar, tabel, dan melihat pola
·
menyederhanakan
masalah dan melihat pola
·
mengaitkan
masalah dengan masalah-masalah yang telah dikenal
·
bekerja
kebelakang
·
menggunakan
penalaran logika
·
terka
dan cek
3.
Melaksanakan
rencana
·
apakah
rencana dapat dikerjakan atau tidak ?
4.
Memeriksa kembali
·
memeriksa
hasil
·
memeriksa
alasan,
·
menyelidiki
cara lain
·
menginterpretasi
ulang masalah
·
menginterpretasi
hasil
PEMECAHAN MASALAH STRATEGI
1. Membuat table
2. Buatlah daftar terorganisir
3. Carilah pola
4. Tebak dan memeriksa
5. Buatlah gambar atau grafik
6. Bekerja mundur
7. Memecahkan masalah sederhana
Daftar strategi pemecahan masalah di
atas adalah dengan tidak berarti lengkap. Anda mungkin ingin membaca tentang
beberapa strategi lain seperti
(I)
Membaca dan menyatakan kembali masalah.
(II)
Brainstorming
(III)
Melihat dengan cara lain
(IV)
Membuat model
(V)
Mengidentifikasi kasus
Catatan: strategi yang berbeda dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang sama.
Contoh
Problem
Solving
Katak berada didalam sumur 10-meter
dengan baik. Setiap hari dia memanjat 3 meter. Setiap malam dia
meluncur turun 1 meter. Pada hari keberapa ia
akan mencapai puncak sumur dan melarikan diri?
Jawab
:
Pada hari pertama katak akan naik
sebanyak 3 meter dan malam harinya turun 1 meter jadi katak berada pada posisi
2 meter.
Pada hari ke-dua dari posisi 2
meter katak naik lagi 3 meter sehingga berada pada posisi 5 meter, namun pada
malam hari katak turun 1 meter sehingga posisi dia berada pada ketinggian 4
meter.
Pada hari ke-tiga dari posisi 4
meter katak naik lagi 3 meter sehingga berada pada ketinggian 7 meter, dan pada
malam harinya ia turun 1 meter jadi dia berada pada ketinggian 6 meter.
Pada hari ke-empat dari ketinggian
6 meter katak berusaha naik lagi 3 meter namun pada malam harinya dia turun 1
meter sehingga ia berada posisi 8 meter.
Pada hari ke-lima Dari posisi 8
meter katak naik 3 meter maka ia berada pada ketinggian 11 meter.
Jadi
katak mencapai puncaknya pada hari ke-lima.
RANGKUMAN KTSP, SILABUS, DAN RPP
Prodi : Pendidikan
Matematika
Mata
Kuliah : Dasar – dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengampu :Prof. Zulkardi /
Meryansumayeka, M.Sc
Rangkuman
KTSP,
SILABUS, dan RPP
Perbedaan
KTSP, SILABUS dan RPP
KTSP
|
SILABUS
|
RPP
|
|
Pengertian
|
Kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan.
|
Rencana
pembelajaran yang meliputi komponen silabus, yang dilaksanakn dalam satu
semester.
|
Skenario
yang dibuat guru untuk melaksanakan pembelajaran dalam pencapaian materi ajar
yang dibuat untuk satu kali pertemuan.
|
Komponen
|
1.
Visi, misi, dan tujuan
2.
Struktur dan muatan kurikulum
3.
Kalender pendidikan
4.
Silabus
5.
RPP
|
1.
SK ( Standar Kompetensi)
2.
KD (Kompetensi Dasar)
3.
MP(Materi pokok)
4.
Kegiatan Pembelajaran
5.
Indikator
6.
Penilaian
7.
Alokasi waktu
8.
Bahan ajar
|
1.
SK
2.
KD
3.
Indikator
4.
Alokasi waktu
5.
Materi ajar
6.
Metode pembelajaran
7.
Langkah – langkah pembelajaran
8.
Alat dan sumber
9.
Penilaian
|
Pembuat
|
Departemen
Pendidikan Nasional ( Depdiknas)
|
Guru
mata pelajaran
Namun,
jika guru tersebut tidak mampu membuat sendiri, maka boelh mengadakan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran )
|
Guru
mata pelajaran bersangkutan.
|
KTSP
Ø Landasan KTSP
1. UUD
1945
2. UU
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3. PP
no. 19 standar pendidikan nasional
4. Permendiknas
22,23,24 tahun 2006
5. Permendiknas
tahun 2007
Ø Pedoman pengembangan KTSP
1. Standar
isi
2. Standar
KL
3. Panduan
BNSP
Ø Koordinasi KTSP
1. Untuk
Sekolah Dasar berkoordinasi dengan Depdiknas dan Depag kabupaten
2. Untuk
Sekolah Menengah dan sekolah khusus berkoordinasi dengan Depdiknas dan Depag Propinsi
Ø Prinsip pengembangan KTSP
1. Berpusat
pada peserta didik
2. Baeragam
dan berpadu
3. Tanggap
terhadap Iptek dan seni
4. Relevan
( sesusi dengn kebutuhan hidup)
5. Menyeluruh
dan berkesinambungan ( mencakup aspek sikap (afektif), intelektual (kognitif),
keterampilan (psikomotorik)
6. Long life education
(belajar sepanjang hayat)
7. Seimbang
nasional dan daerah
Penjelasan Komponen –
komponen
Ø SK ( Standar Kompetensi)
Standar kemampuan peserta didik
yang harus dicapai meliputi pengetahuan, sikap , dan keterampilan.
Ø KD (Kompetensi Dasar)
Pengetahuan , sikap, dan
keterampilan yang harus dicapai siswa
Ø Materi Pokok
Pokok – pokok materi yang diajarkan
/ dipelajari siswa
Ø Kegiatan pembelajaran
Aktivitas / langkah – langkah yang
harus dilalui oleh siswa untuk mencapai tujuan atau materi pokok.
Ø Indikator
Tolak ukur terhadap pencapaian
pembelajaran
Ø Penilaian
1. Tes
2. Nontes
Ø Alokasi waktu
Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan materi ajar
Ø Bahan ajar
Sumber untuk belajar
Langganan:
Postingan (Atom)