Nama : Conny Rahmelia
NIM : 06101408018
Prodi : Pendidikan
Matematika
Mata
Kuliah : DPPM
Dosen
Pengasuh : Prof. Zulkardi /
Meryansumayeka,S.Pd, M.Pd
REALISTIC MATHEMATICS
EDUCATION (RME)
Ø PENGERTIAN
Realistis
pendidikan matematika adalah teori dalam pendidikan matematika yang awalnya
dikembangkan di Belanda. Ini menekankan ide bahwa matematika adalah aktivitas
manusia (human activity)dan matematika harus dihubungkan ke realitas
(realistic), nyata untuk para pelajar menggunakan dunia nyata sebagai konteks
sumber pengembangan konsep dan sebagai aplikasi wilayah, melalui proses
baik horisontal dan vertikal mathematization.
baik horisontal dan vertikal mathematization.
RME pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan oleh Institut Freudenthal di Belanda. Teori
ini telah diadopsi oleh sejumlah besar negara di
seluruh dunia seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika
Selatan, Brasil, Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia (de Lange, 1996).
KOMPONEN
RME
Dalam pembelajaran
matematika realistik ada tiga prinsip kunci yang dapat dijadikan dasar dalam
merancang pembelajaran.
Ø Guided
reinvention and progressive mathematizing. Menurut Gravemijer (1994: 90),
berdasar prinsip reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk
mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Sejarah
matematika dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam merancang materi
pelajaran. Selain itu prinsip reinvention dapat pula dikembangkan berdasar
prosedur penyelesaian informal. Dalam hal ini strategi informal dapat dipahami
untuk mengantisipasi prosedur penyelesaian formal. Untuk keperluan tersebut
maka perlu ditemukan masalah kontekstual yang dapat menyediakan beragam
prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat
dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika
secara formal (progressive mathematizing)
Ø Didactical
phenomenology. Gravemeijer (1994: 90) menyatakan, berdasar prinsip ini
penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika
realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi
yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya
sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathematizing.
Ø Self-developed
models, Gravemeijer (1994: 91) menjelaskan, berdasar prinsip ini saat
mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara
pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan
model yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan
akhirnya model tersebut menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh ada (entity) yang
dimiliki siswa.
PENERAPAN MODEL RME DIKELAS
Untuk memberikan gambaran
tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan
contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan
pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan
pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya pembagian kue, supaya siswa
memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa
memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah
pecahan. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika
realistik dimana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa
jenis pecahan.
Ø PENDEKATAN REALITIS YANG BERKAITAN
KONTRUKTIVIS
Pendekatan
realistis adalah mirip dengan pendekatan sosio-konstruktivis, kecuali dalam
sosio-kontruktivis tidak menghasilkan heuristik yang dapat memandu pengembangan
instruksional kegiatan bagi siswa. Dengan kata lain, dalam pendekatan konstruktivis
sosio-, guru tidak menggunakan heuristik, metode pemecahan masalah dengan
belajar dari pengalaman masa lalu dan menyelidiki cara-cara praktis untuk
menemukan solusi. Dalam RME, itu dikenal sebagai reinvention dipandu.
Ø KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Menurut Soedjadi (2001:
3) pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut:
1. Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
2. Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
3. Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
4. Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
5. Intertwin, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
Ø LANGKAH – LANGKAH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika
Realistik
1. Memahami
masalah kontekstual.
2. Menjelaskan
masalah kontekstual..
3. Menyelesaikan masalah kontekstual.
4. Membandingkan
dan mendiskusikan jawaban.
5. Menyimpulkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar